"Maybe it's not always about trying to fix something that is broken. Maybe it's about starting over and creating something better" -TheGoodquote
jembatan bambu dan hutan bakau
Gempa dan tsunami yang melanda Maumere pada tanggal 12 Desember 1992, memporak porandakan pemukiman penduduk disekitar pantai. Pengalaman maha dasyat itulah yang menggerakan Baba Akong untuk menanam dan terus menanam ratusan ribu bakau di sepanjang Pantai Ndete sejak tahun 1993 dengan didampingi istri tercintanya Mama Anselina. Pantai Ndete, Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, terletak di Pantai Utara Kab. Sikka sekitar 29 km dari kota Maumere.
Sore itu saat kami tiba di tempat ini, Baba akong dan istrinya sedang beristirahat diatas Bale-bale depan rumahnya karena kebetulan pengunjungnya sedikit. Maka berbincang-bincanglah kami dengan beliau. Baba Akong menceritakan bagaimana awal mula perjuangannya bersama kelompoknya melestarikan bakau hingga kemudian membangun jembatan bambu yang panjangnya kurang lebih 300 m yang dilalui pengunjung untuk sampai ditepi pantai. Dengan wajah berseri-seri beliau menceritakan kisahnya, beberapa penghargaan yang diperolehnya sebagai perintis lingkungan hidup. Sesekali istrinya ikut menimpali. Mereka partner yang sangat kompak. Kemudian dengan berapi-api beliau mengatakan pemerintah setempat kurang merespon pengelolaan hutan manggrove ini menjadi destinasi wisata di Sikka. Mereka mematok harga tiket masuk Rp.5000 yang katanya untuk perawatan dan pengelolaan bakau. Kagum dengan sosok pak tua ini, semangatnya sangat tinggi dalam melestarikan lingkungan. Teruslah jadi pahlawan lingkungan Baba Akong..!!
Jika kamu menyukai keindahan alam apa adanya, maka disinilah tempatnya. Menapaki jalan setapak untuk memasuki hutan manggrove, melintasi bambu-bambu yang dibuat jembatan dengan dipagari langsung pohon bakau. Ada 2 pondok kecil yang dibangun sebagai tempat istirahat. Kita juga bisa menatap keindahan hutan bakau dan pantai disekitarnya dari atas menara pandang yang juga terbuat dari bambu. Hutan manggrove menawarkan kesejukan yang alami. Teruslah berjalan dan kamu akan menemukan kolam ikan alami, lalu padang savana, kemudian birunya laut mulai terlihat, pasir putih yang dikelilingi bukit yang indah. What a cozy place. Saya tertegun sesaat, memandang jauh lepas ombak yang menjilati bibir pantai tanpa pernah bosan. Menerbangkan angan jauh melewati cakrawala senja yang berwarna kelabu. Yah..pantainya masih sama, momennya saja yang berbeda. Bercerita lewat gambar sepertinya lebih bagus, ini beberapa momen yang bisa saya bagi.
Baba Akong dan istrinya Mama Anselina
pondok peristirahatan
menara pandang
pemandangan dari atas menara pandang
kolam ikan alami
sedikit padang savana sebelum sampai pantai
ini pantainya...
pasir putih dan birunya laut
pemandangan dari arah pantai ke perbukitan
Ada suatu pemandangan yang membuat saya kembali teringat masa kecil. Menjumpai anak-anak yang masih mengenakan seragam sekolah bermain-main dan memancing ikan-ikan kecil di sekitar bakau. Mereka begitu ceria saat ada ikan yang tertangkap. Anak-anak yang melewati masa kecil jauh dari pengaruh modernisasi jaman. Anak-anak desa yang bersahabat dengan alam disaat anak-anak seumuran mereka yang ada dikota terbiasa bermain gadget. Jadi rindu masa kecil ketika rasanya hidup tidak punya beban rutinitas dan tanggung jawab.
Fakta yang perlu teman-teman sekalian tahu bahwa hutan manggrove dan jembatan bambu ini juga merupakan salah satu lokasi syuting film Ini kisah Tiga Dara. Diharapkan dengan kehadiran film ini nantinya menjadikan destinasi wisata ini semakin dikenal publik. Sikka semakin ramai dikunjungi. Lihat keindahannya lewat video berikut:
No comments:
Post a Comment