iklan atas

Wednesday, July 8, 2015

FLORES, Kepingan Surga di LABUAN BAJO

view di bukit Pulau Rinca
    Saat Tuhan menciptakan pulau Flores dan Pulau kecil- kecil disekitarnya, Ia sedang tersenyum. Flores merupakan wilayah yang sangat kaya akan seni, budaya, pemandangan yang indah, dan sumber daya alam yang melimpah, keramahan dibalik watak mereka yang terlihat keras, sangat bertentangan dengan masalah kemiskinan yang masih ada hingga saat ini.


I’m in heaven, itu kesan pertama kali tiba di ujung barat pulau Flores yakni Labuan Bajo. Namun sebelum sampai ke tempat ini, kami (saya bersama rekan kerja) harus melewati perjalanan yang sangat panjang. Perjalanan kali ini juga karena tugas kantor dalam rangka Bimtek Aplikasi Profil Desa/Kelurahan bagi Aparat Pemerintah atau Pengelola Profil Aplikasi di tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten untuk Kabupaten Nagekeo, Ngada, Manggarai, Manggarai Timur, Manggarai Barat yang bertempat di Labuan Bajo. Sebelumnya sudah dilaksanakan di Maumere untuk kab. di bagian timur Flores dan di Waingapu untuk daratan Sumba. 


    Aplikasi Profil desa/kelurahan ini merupakan sistem informasi berbasis web (online) yang pengelolaannya oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Bayangkan jika seluruh desa/ kelurahan di Indonesia menggunakan aplikasi ini, menginput data dasar keluarga, potensi, dan perkembangan masing-masing desa/kelurahannya setiap tahun maka kita hanya perlu mengaksesnya di www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id kita bisa langsung mendapat informasi keseluruhan tentang desa/kelurahan yang kita perlukan tanpa perlu mendatangi kantor desa/kel dimaksud. Jadi di tahun 2015 ini BPMPD Prov NTT lagi gencar-gencarnya melakukan kegiatan Bimtek Aplikasi Profil Desa/Kelurahan ini karena masih sangat sedikit desa/kel di NTT menggunakan aplikasi online ini. Oke itu sedikit mengenai Aplikasi Prodeskel, lebih jelasnya mengenai aplikasi ini bisa dilihat disini

    Kegiatan Bimtek di Labuan Bajo dijadwalkan pada tgl 16 s/d 19 Juni 2015. Sialnya karena terlambat memesan tiket, kami tidak mendapat tiket, semua penerbangan di tanggal 16 ke Labuan Bajo penuh.  Maka alternatif lain kami memilih penerbangan Kupang- Soa (Bajawa), selanjutnya melalui jalan darat lintas Flores menuju Labuan Bajo. Jadi rute perjalanan kami Kupang-Bajawa-Aimere-Borong-Ruteng-Labuan Bajo.

    Tiba di Bajawa sekitar jam 10.00, hawanya masih terasa dingin seperti pertama kali saya menginjakkan kaki di tempat ini. Setelah melakukan tawar menawar dengan drivernya maka kami pun berangkat. Singgah sebentar di kota Bajawa untuk membeli perbekalan yang diperlukan selama perjalanan. Perjalanannya cukup melelahkan dan sempat membuat saya sedikit mabuk karena jalannya yang naik turun dan berliku-liku tapi terhibur dengan pemandangan yang telihat selama perjalanan, dipenuhi dengan perbukitan yang hijau.

    Yang menarik saat melewati Aimere adalah penjualan arak/moke aimere (minuman keras) yang dijual seperti bensin eceran di pinggir jalan. Harga 1 botol Rp. 50 rb. Aimere memang terkenal dengan araknya yang enak. Istilahnya BM (Bakar Menyala) . Jika arak ini di sulut dengan api maka akan langsung menyala, kadar alkoholnya sangat tinggi.
     
arak Aimere yg dijual d pinggir jalan
    Setelah melewati Borong yang panas parah, beberapa kilometer kemudian saat jalannya mendaki dan berkelok- kelok kami menemukan view yang sangat bagus, ada rice terras, pemandangan dari atas bukit. Karena badan mulai terasa pegal maka kamipun memutuskan untuk beristirahat .Waktu menunjukan pukul setengah 5 sore, ada rest area sederhana di pinggir jalan, warung-warung yang menyediakan kopi dan teh serta makanan ringan yang dibangun di atas tebing. Rehat sebentar, menikmati angin gunung yang mulai terasa dingin, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Beberapa kilometer kemudian ketemu tempat wisata menarik Danau Rana Mese, tepat di tepi jalan raya, namun kita harus masuk agar bisa menikmati pemandangannya. Danau ini adalah danau air tawar yang terdapat di tengah hutan. Kesunyian dan ketentramannya yang merupakan dya tarik danau ini. Karena tujuan utama kami adalah Labuan Bajo harus sampai malam harinya, maka kami tidak bisa keluar dari jalur lintas Flores, cuma bisa lihat pintu masuknya saja... kecewaaa..

ini ni rest area sederhananya

view dr ketinggian, sepertinya tinggi saya sudah sama dgn gunungnya

minum kopi sambil menikmati pemandangan rice terras ini

    Spot yang tak kalah menakjubkan adalah saat memasuki hutan wisata Ruteng, jalannya yang halus dan berkelok-kelok, pohon- pohon yang diselimuti lumut dan tumbuhan menjalar berdiri kokoh di kiri kanan jalan sampai diatas puncak gunung,  monyet berlompatan dari satu dahan ke dahan yang lain, burung berkicau riuh, hawa yang sejuk, sedikit tertutup kabut. Sangat menakjubkan.

       Perjalanan 6 jam dari bajawa – Ruteng pun akhirnya kami taklukan, sedikit meregangkan badan di kota ruteng, karena ada kawan yang mengunjungi keluarganya. Sekaligus mengisi waktu membeli ATK buat kegiatan Bimtek besoknya. Waktu menunjukan pukul 06.00 sore, hawa dingin terasa menggigit.. dan memang Ruteng dan Bajawa sama-sama dingin. Tak banyak yang bisa saya ceritakan mengenai kota ini karena waktu yang terbatas, membuat saya tidak bisa menjelajahi kota ini.

    Bertolak dari Ruteng menuju Labuan Bajo, hari sudah mulai gelap. Padahal saya berharap bisa menikmati keindahan alam di kiri kanan jalan. Menurut driver kami ada objek wisata yang menarik di Ruteng yakni sawah yang mirip laba-laba  "Spiderman" di Cancar, juga Desa Wae Rebo 'negeri diatas awan". Tempat penginapan kami yakni Hotel Green Prundi yang sekaligus merupakan tempat Bimtek dilaksanakan, yang setelah besok paginya saya mengetahui bahwa lokasinya dekat bandara.

     Enjoy work...Bimtek yang dilaksanakan selama 3 hari itu pun berjalan lancar dan sukses. Pesertanya sangat antusias. Bahagia karena bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan orang- orang hebat di lapangan yakni para sekdes, seklur, kasie PMD kec, dan rekan2 BPMPD di 5 kab. bagian barat Flores. Berharap semoga dengan pelaksanaan Bimtek Aplikasi Prodeskes ini dapat meningkatkan tenaga terampil yang dapat mengoperasikan Aplikasi Program Profil Desa dan Kelurahan, juga m
eningkatnya kemampuan aparatur desa/kel dalam menghimpun, mengolah dan menganalisa, serta mempublikasikan  data profil desa dan kelurahannya masing-masing. 
Berikut beberapa moment saat Bimtek :


Acara pembukaan oleh Kepala BPMPD Prov NTT (tengah) didampingi Kepala BPMPD Ka. Manggarai Barat (Kanan) dan Kasubid Kelembagaan,, Tradisi dan Budaya Masyarakat


suasana saat bimtek


saat bimtek berlangsung

foto bersama saat keg selesai
Tugas telah dilaksanakan saatnya mengexplore Labuan Bajo..enjoy the beauty of nature...
    
     Labuan Bajo, kota pelabuhan kecil yang merupakan pintu gerbang menuju habitat asli reptile purba Komodo. Kotanya kecil, sedikit kering dan berdebu saat musim panas seperti ini, dan masih belum tertata rapi. Kota kecil namun sangat ramai, pemandangan yang sangat biasa melihat "bule-bule" berlalu lalang di kawasan ini, memberi warna tersendiri untuk Labuan Bajo bila dibandingkan dengan kota lain di NTT. Labuan Bajo seperti magnet apalgi semenjak Pulau Komodo menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia menurut  Di bagian pesisir pantai tersedia berbagai penginapanan dari yang murah sampai hotel-hotel berbintang bertaraf internasional. Melalui pengamatan saya sepertinya berpuluh-puluh km tanah di bentangan pantai sudah dikuasai investor entah itu investor indonesia maupun asing. Penduduk asli telah menjual tanah mereka, sungguh ironis...

Terlepas dari itu semua, pemandangan dari atas bukit ke pelabuhannya sangat indah.




   Keindahan Labuan Bajo yang pertama kali saya nikmati adalah sunsetnya.Saat matahari tenggelam siluet pulau-pulau kecil menciptakan efek yang spektakuler. Setelah matahari tenggelam anda bisa menyaksikan warna langit yang berubah-ubah sampai langit terlihat gelap hingga munculnya bulan yang kemudian menerangi lautan. Berlomba dengan lampu- lampu kapal yang sedang berlabuh. Mungkin jepretan2 dari kamera saya ini bisa membuat anda membayangan tempat eksotis ini.


setiap keindahan perlu diabadikan



menikmati siluet pulau-pulau kecil

saat bulan mulai muncul

    Semakin malam sepanjang dermaga aneka makanan diual oleh warga sekitar. Lauknya ikan, cumi, kepiting, sebagian besar berupa seafood. Di tempat inilah kau akan bertemu dengan wisatawan lain semuanya memilih makan malam di sini.

     19/07/2015 pagi saatnya mengeksplore keindahan laut dan pulau- pulau kecil di sekitar Labuan Bajo ini. Tujuan utama kami adalah Pulau Rinca. Penasaran dengan Reptile purba Komodo. Niatnya seharian berkeliling langsung pulang jadi kami pun ke pelabuhan. Melakukan tawar menawar dengan pemilik kapal kayu yang banyak berlabuh di pelabuhan dan disepakati Rp.1jt untuk seharian berkeliling. Karena ada rekan-rekan yang balik ke Kupang duluan jadi tersisa kami 3 org yang menyewa satu kapal kecil. Kami pun bertolak, waktu saat itu menunjuk pukul 09.00 Wita. Langit cerah, laut tenang yang bersih dan jernih menjadi pemandangan yang spektakuler.



Pulau unknown pertama yang kami temui dalam pelayaran


ketemu pengunjung lain yang sudah mau balik ke LB


Setelah 2 jam berlayar, tibalah kami di Loh Buaya, pintu masuk Pulau Rinca. Terlihat sudah banyak kapal yang berlabuh di dermaga kayu ini.

Dermaga Loh Buaya P.Rinca
ini pintu gerbang Dermaga kayu 


       Para Ranger yang menunggu kedatangan pengunjung langsung mengantar kami menuju pos penjagaan, melewati hutan manggrove, lalu ketemu pintu gerbang yang menyatakan anda memasuki Taman wisata Komodo.


pintu gerbangnya dijaga 2 ekor komodo
untung komodonya kaku jadi aman-aman sj 
Dengan bantuan Ranger yang dengan senang hati menawarkan diri jadi fotografer, kami pun berpose di pintu gerbang, lalu menuju pos penjagaan. 

jalan menuju pos penjagaan
    Setelah mendaftarkan diri sebagai pengunjung dan membayar tiket masuk sebesar Rp. 75 rb/perorang. Sekilas saya melihat di buku tamu pengunjungnya kebanyakan orang asing, sangat sedikit sekali wisatawan lokal. Oleh Ranger kami diberi pilihan, mau pilih jalur tracking pendek, medium sampai yang panjang.  Kami memilih short tracking karena matahari semakin tinggi. 

ini dia sang Ranger dgn senjatanya
    Menurut Ranger populasi komodo di Pulau Rinca sekitar 2000-an dengan jumlah jantan lebih banyak dari betina. Biasanya para pejantan akan saling bertarung saat musim kawin tiba. Komodo ini temasuk wild animal sehingga pengunjung diharapkan untuk tidak membuat gerakan agresif, tenang selama perjalanan agar tidak memancing komodo untuk berburu. Jangan sampai niat melihat-lihat komodo malah jadi buruan komodo..hehehe. 
Sang ranger pun menunjukan tulang, tengkorak hewan korban buruan Komodo yang dipajang. Ini dia ..

tengkorak hewan sisa dimakan Komodo.
    Komodo pertama yang kami temui tengah berbaring asik di bawah pohon, sepertinya ia kekenyangan sehabis makan rusa. 

Komodonya tidur tp matanya tetap terbuka... itu tidur apa bukan ?? kata Rangernya sih mereka tidur dgn mata terbuka.
    Komodo berikutnya kami temui 3 ekor yang berada di dapur para rangers. Penyebabnya karena mencium bau daging dari dapur tersebut, tapi kata Ranger mereka tidak pernah memberi makan karena menjaga insting berburu komodo tetap ada, tidak menjadikan komodo hewan pemalas yang menunggu di beri makan. Perlu diketahui juga bahwa di Rinca ini tidak ada penginapan yang ada hanya barak rangers dan polisi hutan, kantor mereka, dapur dan restoran kecil yang menjual makan dan minuman.

selangkah lebih dekat dengan reptile purba satu ini.

Sang Dragon menjulurkan lidahnya
     Setelah berfoto-foto dengan komodo kami pun melanjutkan tecking. Melalui jalan setapak melewati hutan liar, ketemu ayam hutan, lalu berhenti sebentar karena kata ranger ada sarang komodo di pinggir jalan. Menurutnya musim kawin komodo sekitar Juli- September. Cara reproduksi komodo ini mirip penyu, menjelang bertelur komodo akan menggali tanah membuat lubang secara horisontal yang bisa mencapai 5 meter untuk menyembunyikan telurnya kemudian menutupi kembali lubang tersebut lalu membuat lubang tipuan sekitarnya. Induk Komodo meninggalkan telur menetas dengan sendirinya dengan bantuan panas tanah, dan saat menetas komodo kecil akan sendirian mulai mempertahankan hidupnya. Menggali tanah yang menutupi lubang, keluar dari lubang dan memanjat ke atas pohon menghindari hewan buas lain yang berkemungkinan memangsanya, bahkan mungkin ibunya sendiri. Makanan anak komodo ini yakni cecak, tokek, biawak kecil, maupun serangga yang ditemuinya di pohon. Suatu usaha mempertahankan hidup yang sangat sulit. Saat ia beranjak dewasa baru mulailah berburu.  Di hutan kami tidak menjumpai adanya komodo karena cuaca lumayan terik, komodo hanya muncul saat pagi dan sore hari.

sarang komodo
    Meninggalkan sarang Komodo yang berupa lubang- lubang ditanah, kami melanjutkan trecking keatas bukit. View dari atas bukit ini double amazing. Kita bisa melihat hamparan laut dan garis pantai teluk di dermaga Loh Buaya, gugusan pulau-pulau kecil di lautan. Pulau rinca ini didominasi oleh daerah sabana terbuka yang ditumbuhi tanaman lontar. Angin sepoi- sepoi berhembus membuat hamparan sabana bergoyang-goyang. Inilah kepingan surga itu. Saya hanya bisa membayangkan sepertinya lebih amazing lagi kalau menyaksikan sunset dari atas bukit ini.

Menuju keatas bukit
pemandangan dari atas bukit, jika melihat ke arah perbukitan yg lain



   
bunga kecil ditengah padang
   Puas menikmati pemandangan dari atas bukit. Kami pun menuruni bukit kembali ke pos kedatangan. Ada restoran sederhana di sini, juga dijual berbagai cenderamata berupa patung komodo, ukiran-ukiran, gelang-gelang unik, kain tenun. 
ini salah satu pahatan patung komodo g di jual dg harga Rp.1.500.000
    Melepas lelah sambil mengobrol dengan Bapak-bapak polisi hutan yang betugas di pulau ini. Mereka mengatakan bahwa keaslian Pulau ini benar- benar di jaga, sehingga pembangunan penginapan tidak dijinkan. Setelah melakukan percakapan yang panjang saya akhirnya mengetahui bahwa ada pemukiman penduduk juga di pulau ini, namun di bagian lain pulau ini sehingga jika kita masuk pulau ini lewat dermaga Loh buaya, maka yang kita lihat hanya hamparan sabana , tidak ada pemukiman penduduk. Ada hewan lain juga di sini yang dipelihara yang kemudian akan menjadi makanan komodo, mereka hanya menjaga rantai makanan tetap seimbang sehingga tidak menyebabkan Komodo memburu manusia.

rusa yang dipelihara
    Waktu menunjukan pukul 3.00 sore, kami pun berpamitan sama bapak-bapak polisi hutan, sang ranger yang telah banyak memberi informasi kepada kami, kembali ke dermaga. 

saat mau ke dermaga , ketemu monyet2 ini keluar dari hutan bakau 
    Perjalanan kami selanjutnya ke Pulau bidadari. Mendekati pulau ini sudah terlihat  kapal-kapal yang berlabuh, sungguh pasir putihnya menyilaukan mata. Airnya sangat jernih sehingga bahkan di kedalam 5 kita bisa melihat dasar laut yang ditumbuhi karang yang indah.


pulau bidadari
    Sedikit info mengenai pulau ini , membuat saya sedih. Ternyata ada hak penguasaan atas pulau ini oleh Mr.Ernest yang berkebangsaan Inggris karena dia telah membeli pulau ini dari penduduk lokal, ia akan menggunakan haknya selama 30 an tahun yang akan datang ...rugi indonesia .  Inilah kelakuan orang-orang kita yang ketika diming-imingi duit maka dalam sekejap akan menjual tanah mereka. Bukan cuma pulau bidadari yang dimiliki orang asing, hotel- hotel berbintang yang bertebaran di pesisir pantai juga dimiliki orang asing, Entah pulau-pulau mana lagi yang juga dimiliki orang asing..Ironis memang, cengkeraman asing di tanah sendiri..

    Kecewa dengan history pulau bidadari namun bahagia dengan view di Pulau ini. Mr. Ernest telah menyulap kawasan ini menjadi tempat wisata dengan resort yang bertaraf internasional, jajaran bungalow,  spot diving, snorkeling. Kami tidak bisa memasuki pulau ini, bayarannya kan selangit, harus reservasi jauh-jauh hari. Jadi kami hanya bisa bermain-main di pantainya saja. Pantai di sini sangat sunyi, anda bisa berenang, berjemur dengan tenteram di sini. Saya sendiri tidak bisa berenang namun tidak menyurutkan keinginan saya untuk masuk di lautnya yang jernih.
lautnya yang jernih

hanya untuk keang-kenangan

     Sebenarnya jarak Pulau Bidadari ke dermaga Labuan Bajo cuma 30 menit menggunakan kapal kayu, 10 menit dengan speedboat. Jadi jika dari Pulau Rinca menuju Pulau bidadari sama dengan melakukan perjalanan pulang. Puas bermain di pulau ini, hari pun semakin sore, maka mau tak mau harus balik ke pelabuhan. Saat matahari mulai terbenam, ini pertamakalinya saya menikmati sunset di lautan, sungguh saya merasa terberkati.


end of trip, balik ke dermaga LB

berlabuh

     I’m an ordinary person who been blessed with extraordinary opportunities and experiences. No more greater joy can come from life than to live inside a moment of adventure. Seharian berkeliling di lautan, menyusuri gugusan pulau-pulau kecil di perairan Labuan Bajo, alhasil pulang dengan badan gosong, karena tidak pake sunblock, membuat kulit saya jadi lebih eksotis..heheh. Semua keindahan alamnya telah tersimpan baik di memory otak saya, pengalaman luar biasa saya peroleh, semuanya akan selalu terkenang bahwa saya bisa menikmati surga di daerah saya sendiri tanpa harus membelah benua. Masih banyak tempat indah di Labuan Bajo ini yang belum saya jelajahi, misalnya Pulau Komodo, Pulau Kanawa, Pink beach, Pulau Padar, dan pulau -pulau kecil lainnya yang semuanya menyimpan keindahan yang luar biasa. Mungkin suatu hari nanti, saya bisa balik lagi ke tempat ini, mengagumi kepingan surga ini...

Baca juga 
FLORES, Pesona Kota Dingin Bajawa
FLORES, Cerita dari Nagekeo

FLORES, Sunrise di Tanah Maumere
MAUMERE, Jembatan Bambu dan Hutan Manggrove


    

3 comments:

Seharian Keliling Kawasan TWAL Teluk Maumere

       Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Gugus Pulau Teluk Maumere terletak di kawasan utara Pulau Flores dan berbatasan dengan Laut Flores. Kaw...