view di bukit Pulau Rinca |
I’m in heaven, itu kesan pertama kali tiba di ujung barat pulau Flores yakni Labuan Bajo. Namun sebelum sampai ke tempat ini, kami (saya bersama rekan kerja) harus melewati perjalanan yang sangat panjang. Perjalanan kali ini juga karena tugas kantor dalam rangka Bimtek Aplikasi Profil Desa/Kelurahan bagi Aparat Pemerintah atau Pengelola Profil Aplikasi di tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten untuk Kabupaten Nagekeo, Ngada, Manggarai, Manggarai Timur, Manggarai Barat yang bertempat di Labuan Bajo. Sebelumnya sudah dilaksanakan di Maumere untuk kab. di bagian timur Flores dan di Waingapu untuk daratan Sumba.
Aplikasi Profil desa/kelurahan ini merupakan sistem informasi berbasis web (online) yang pengelolaannya oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Bayangkan jika seluruh desa/ kelurahan di Indonesia menggunakan aplikasi ini, menginput data dasar keluarga, potensi, dan perkembangan masing-masing desa/kelurahannya setiap tahun maka kita hanya perlu mengaksesnya di www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id kita bisa langsung mendapat informasi keseluruhan tentang desa/kelurahan yang kita perlukan tanpa perlu mendatangi kantor desa/kel dimaksud. Jadi di tahun 2015 ini BPMPD Prov NTT lagi gencar-gencarnya melakukan kegiatan Bimtek Aplikasi Profil Desa/Kelurahan ini karena masih sangat sedikit desa/kel di NTT menggunakan aplikasi online ini. Oke itu sedikit mengenai Aplikasi Prodeskel, lebih jelasnya mengenai aplikasi ini bisa dilihat disini
Kegiatan Bimtek di Labuan Bajo dijadwalkan pada tgl 16 s/d 19 Juni 2015. Sialnya karena terlambat memesan tiket, kami tidak mendapat tiket, semua penerbangan di tanggal 16 ke Labuan Bajo penuh. Maka alternatif lain kami memilih penerbangan Kupang- Soa (Bajawa), selanjutnya melalui jalan darat lintas Flores menuju Labuan Bajo. Jadi rute perjalanan kami Kupang-Bajawa-Aimere-Borong-Ruteng-Labuan Bajo.
Tiba di Bajawa sekitar jam 10.00, hawanya masih terasa
dingin seperti pertama kali saya menginjakkan kaki di tempat ini. Setelah melakukan tawar menawar
dengan drivernya maka kami pun berangkat. Singgah sebentar di kota Bajawa untuk
membeli perbekalan yang diperlukan selama perjalanan. Perjalanannya cukup
melelahkan dan sempat membuat saya sedikit mabuk karena jalannya yang naik
turun dan berliku-liku tapi terhibur dengan pemandangan yang telihat selama
perjalanan, dipenuhi dengan perbukitan yang hijau.
Yang menarik saat melewati Aimere adalah penjualan arak/moke aimere (minuman keras) yang dijual seperti bensin eceran di pinggir jalan. Harga 1 botol Rp. 50 rb. Aimere memang terkenal dengan araknya yang enak. Istilahnya BM (Bakar Menyala) . Jika arak ini di sulut dengan api maka akan langsung menyala, kadar alkoholnya sangat tinggi.
Yang menarik saat melewati Aimere adalah penjualan arak/moke aimere (minuman keras) yang dijual seperti bensin eceran di pinggir jalan. Harga 1 botol Rp. 50 rb. Aimere memang terkenal dengan araknya yang enak. Istilahnya BM (Bakar Menyala) . Jika arak ini di sulut dengan api maka akan langsung menyala, kadar alkoholnya sangat tinggi.
ini ni rest area sederhananya |
minum kopi sambil menikmati pemandangan rice terras ini |
Spot yang tak kalah menakjubkan adalah saat memasuki
hutan wisata Ruteng, jalannya yang halus dan berkelok-kelok, pohon- pohon yang
diselimuti lumut dan tumbuhan menjalar berdiri kokoh di
kiri kanan jalan sampai diatas puncak gunung,
monyet berlompatan dari satu dahan ke dahan yang lain, burung berkicau
riuh, hawa yang sejuk, sedikit tertutup kabut. Sangat menakjubkan.
Perjalanan 6 jam dari bajawa – Ruteng pun akhirnya
kami taklukan, sedikit meregangkan badan di kota ruteng, karena ada kawan yang mengunjungi
keluarganya. Sekaligus mengisi waktu membeli ATK buat kegiatan Bimtek besoknya. Waktu menunjukan pukul 06.00 sore, hawa dingin terasa menggigit.. dan memang Ruteng dan Bajawa sama-sama dingin. Tak banyak yang bisa saya ceritakan mengenai kota ini karena waktu yang terbatas, membuat saya tidak bisa menjelajahi kota ini.
Bertolak dari Ruteng menuju Labuan Bajo, hari sudah mulai gelap. Padahal saya berharap bisa menikmati keindahan alam di kiri kanan jalan. Menurut driver kami ada objek wisata yang menarik di Ruteng yakni sawah yang mirip laba-laba "Spiderman" di Cancar, juga Desa Wae Rebo 'negeri diatas awan". Tempat penginapan kami yakni Hotel Green Prundi yang sekaligus merupakan tempat Bimtek dilaksanakan, yang setelah besok paginya saya mengetahui bahwa lokasinya dekat bandara.
Enjoy work...Bimtek yang dilaksanakan selama 3 hari itu pun berjalan lancar dan sukses. Pesertanya sangat antusias. Bahagia karena bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan orang- orang hebat di lapangan yakni para sekdes, seklur, kasie PMD kec, dan rekan2 BPMPD di 5 kab. bagian barat Flores. Berharap semoga dengan pelaksanaan Bimtek Aplikasi Prodeskes ini dapat meningkatkan tenaga terampil yang dapat mengoperasikan Aplikasi Program Profil Desa dan Kelurahan, juga meningkatnya kemampuan aparatur desa/kel dalam menghimpun, mengolah dan menganalisa, serta mempublikasikan data profil desa dan kelurahannya masing-masing.
Berikut beberapa moment saat Bimtek :
Enjoy work...Bimtek yang dilaksanakan selama 3 hari itu pun berjalan lancar dan sukses. Pesertanya sangat antusias. Bahagia karena bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan orang- orang hebat di lapangan yakni para sekdes, seklur, kasie PMD kec, dan rekan2 BPMPD di 5 kab. bagian barat Flores. Berharap semoga dengan pelaksanaan Bimtek Aplikasi Prodeskes ini dapat meningkatkan tenaga terampil yang dapat mengoperasikan Aplikasi Program Profil Desa dan Kelurahan, juga meningkatnya kemampuan aparatur desa/kel dalam menghimpun, mengolah dan menganalisa, serta mempublikasikan data profil desa dan kelurahannya masing-masing.
Berikut beberapa moment saat Bimtek :
Acara pembukaan oleh Kepala BPMPD Prov NTT (tengah) didampingi Kepala BPMPD Ka. Manggarai Barat (Kanan) dan Kasubid Kelembagaan,, Tradisi dan Budaya Masyarakat |
suasana saat bimtek |
saat bimtek berlangsung |
foto bersama saat keg selesai |
Tugas telah dilaksanakan saatnya mengexplore Labuan Bajo..enjoy the beauty of nature...
Labuan
Bajo, kota pelabuhan kecil yang merupakan pintu gerbang menuju habitat asli
reptile purba Komodo. Kotanya kecil, sedikit kering dan berdebu saat musim panas seperti ini, dan masih belum tertata rapi. Kota kecil namun sangat ramai, pemandangan yang sangat biasa melihat "bule-bule" berlalu lalang di kawasan ini, memberi warna tersendiri untuk Labuan Bajo bila dibandingkan dengan kota lain di NTT. Labuan Bajo seperti magnet apalgi semenjak Pulau Komodo menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia menurut Di
bagian pesisir pantai tersedia berbagai penginapanan dari yang murah sampai
hotel-hotel berbintang bertaraf internasional. Melalui pengamatan saya sepertinya berpuluh-puluh km tanah di bentangan pantai sudah dikuasai investor entah itu investor indonesia maupun asing. Penduduk asli telah menjual tanah mereka, sungguh ironis...
Terlepas dari itu semua, pemandangan dari atas bukit ke pelabuhannya sangat indah.
Keindahan Labuan Bajo yang pertama kali saya nikmati adalah sunsetnya.Saat matahari tenggelam siluet pulau-pulau kecil menciptakan efek yang spektakuler. Setelah matahari tenggelam anda bisa menyaksikan warna langit yang berubah-ubah sampai langit terlihat gelap hingga munculnya bulan yang kemudian menerangi lautan. Berlomba dengan lampu- lampu kapal yang sedang berlabuh. Mungkin
jepretan2 dari kamera saya ini bisa membuat anda membayangan tempat eksotis ini.
Terlepas dari itu semua, pemandangan dari atas bukit ke pelabuhannya sangat indah.
Keindahan Labuan Bajo yang pertama kali saya nikmati adalah sunsetnya.Saat matahari tenggelam siluet pulau-pulau kecil menciptakan efek yang spektakuler. Setelah matahari tenggelam anda bisa menyaksikan warna langit yang berubah-ubah sampai langit terlihat gelap hingga munculnya bulan yang kemudian menerangi lautan. Berlomba dengan lampu- lampu kapal yang sedang berlabuh.
setiap keindahan perlu diabadikan |
menikmati siluet pulau-pulau kecil |
saat bulan mulai muncul |
Semakin malam sepanjang dermaga aneka makanan diual oleh warga sekitar. Lauknya ikan, cumi, kepiting, sebagian besar berupa seafood. Di tempat inilah kau akan bertemu dengan wisatawan lain semuanya memilih makan malam di sini.
19/07/2015 pagi saatnya mengeksplore keindahan laut dan pulau- pulau kecil di sekitar Labuan Bajo ini. Tujuan utama kami adalah Pulau Rinca. Penasaran dengan Reptile purba Komodo. Niatnya seharian berkeliling langsung pulang jadi kami pun ke pelabuhan. Melakukan tawar menawar dengan pemilik kapal kayu yang banyak berlabuh di pelabuhan dan disepakati Rp.1jt untuk seharian berkeliling. Karena ada rekan-rekan yang balik ke Kupang duluan jadi tersisa kami 3 org yang menyewa satu kapal kecil. Kami pun bertolak, waktu saat itu menunjuk pukul 09.00 Wita. Langit cerah, laut tenang yang bersih dan jernih menjadi pemandangan yang spektakuler.
Setelah 2 jam berlayar, tibalah kami di Loh Buaya, pintu masuk Pulau Rinca. Terlihat sudah banyak kapal yang berlabuh di dermaga kayu ini.
Pulau unknown pertama yang kami temui dalam pelayaran |
ketemu pengunjung lain yang sudah mau balik ke LB |
Setelah 2 jam berlayar, tibalah kami di Loh Buaya, pintu masuk Pulau Rinca. Terlihat sudah banyak kapal yang berlabuh di dermaga kayu ini.
Dermaga Loh Buaya P.Rinca |
ini pintu gerbang Dermaga kayu |
Para Ranger yang menunggu kedatangan pengunjung langsung mengantar kami menuju pos penjagaan, melewati hutan manggrove, lalu ketemu pintu gerbang yang menyatakan anda memasuki Taman wisata Komodo.
pintu gerbangnya dijaga 2 ekor komodo |
untung komodonya kaku jadi aman-aman sj |
Dengan bantuan Ranger yang dengan senang hati menawarkan diri jadi fotografer, kami pun berpose di pintu gerbang, lalu menuju pos penjagaan.
jalan menuju pos penjagaan |
Setelah mendaftarkan diri sebagai pengunjung dan membayar tiket masuk sebesar Rp. 75 rb/perorang. Sekilas saya melihat di buku tamu pengunjungnya kebanyakan orang asing, sangat sedikit sekali wisatawan lokal. Oleh Ranger kami diberi pilihan, mau pilih jalur tracking pendek, medium sampai yang panjang. Kami memilih short tracking karena matahari
semakin tinggi.
ini dia sang Ranger dgn senjatanya |
Menurut Ranger populasi komodo di Pulau Rinca sekitar 2000-an
dengan jumlah jantan lebih banyak dari betina. Biasanya para pejantan akan saling bertarung saat musim kawin tiba. Komodo ini temasuk wild animal sehingga pengunjung diharapkan untuk
tidak membuat gerakan agresif, tenang selama perjalanan agar tidak memancing
komodo untuk berburu. Jangan sampai niat melihat-lihat komodo malah jadi
buruan komodo..hehehe.
Sang ranger pun menunjukan tulang, tengkorak hewan korban buruan Komodo yang dipajang. Ini dia ..
tengkorak hewan sisa dimakan Komodo. |
Komodo pertama yang kami temui tengah berbaring asik di
bawah pohon, sepertinya ia kekenyangan sehabis makan rusa.
Komodonya tidur tp matanya tetap terbuka... itu tidur apa bukan ?? kata Rangernya sih mereka tidur dgn mata terbuka. |
Komodo berikutnya kami temui 3 ekor
yang berada di dapur para rangers. Penyebabnya karena mencium bau daging dari dapur tersebut, tapi kata Ranger mereka
tidak pernah memberi makan karena menjaga insting berburu komodo tetap ada,
tidak menjadikan komodo hewan pemalas yang menunggu di beri makan. Perlu
diketahui juga bahwa di Rinca ini tidak ada penginapan yang ada hanya barak rangers dan polisi hutan, kantor mereka, dapur dan restoran
kecil yang menjual makan dan minuman.
selangkah lebih dekat dengan reptile purba satu ini. |
Sang Dragon menjulurkan lidahnya |
Setelah berfoto-foto dengan komodo kami
pun melanjutkan tecking. Melalui jalan setapak melewati hutan liar, ketemu ayam
hutan, lalu berhenti sebentar karena kata ranger ada sarang komodo di pinggir
jalan. Menurutnya musim kawin komodo sekitar Juli- September. Cara reproduksi
komodo ini mirip penyu, menjelang bertelur komodo akan menggali tanah membuat
lubang secara horisontal yang bisa mencapai 5 meter untuk menyembunyikan
telurnya kemudian menutupi kembali lubang tersebut lalu membuat lubang tipuan
sekitarnya. Induk Komodo meninggalkan telur menetas dengan sendirinya dengan
bantuan panas tanah, dan saat menetas komodo kecil akan sendirian mulai
mempertahankan hidupnya. Menggali tanah yang menutupi lubang, keluar dari
lubang dan memanjat ke atas pohon menghindari hewan buas lain yang
berkemungkinan memangsanya, bahkan mungkin ibunya sendiri. Makanan anak komodo
ini yakni cecak, tokek, biawak kecil, maupun serangga yang ditemuinya di pohon.
Suatu usaha mempertahankan hidup yang sangat sulit. Saat ia beranjak dewasa
baru mulailah berburu. Di hutan kami
tidak menjumpai adanya komodo karena cuaca lumayan terik, komodo hanya muncul
saat pagi dan sore hari.
sarang komodo |
Meninggalkan sarang Komodo yang berupa
lubang- lubang ditanah, kami melanjutkan trecking keatas bukit. View dari atas
bukit ini double amazing. Kita bisa melihat hamparan laut dan garis pantai
teluk di dermaga Loh Buaya, gugusan pulau-pulau kecil di lautan. Pulau rinca
ini didominasi oleh daerah sabana terbuka yang ditumbuhi tanaman lontar. Angin
sepoi- sepoi berhembus membuat hamparan sabana bergoyang-goyang. Inilah
kepingan surga itu. Saya hanya bisa membayangkan sepertinya lebih amazing lagi kalau menyaksikan sunset dari atas bukit ini.
Puas menikmati pemandangan dari atas bukit. Kami pun
menuruni bukit kembali ke pos kedatangan. Ada restoran sederhana di sini, juga
dijual berbagai cenderamata berupa patung komodo, ukiran-ukiran, gelang-gelang
unik, kain tenun.
Melepas lelah sambil mengobrol dengan Bapak-bapak polisi
hutan yang betugas di pulau ini. Mereka mengatakan bahwa keaslian Pulau ini
benar- benar di jaga, sehingga pembangunan penginapan tidak dijinkan. Setelah melakukan
percakapan yang panjang saya akhirnya mengetahui bahwa ada pemukiman penduduk
juga di pulau ini, namun di bagian lain pulau ini sehingga jika kita masuk
pulau ini lewat dermaga Loh buaya, maka yang kita lihat hanya hamparan sabana ,
tidak ada pemukiman penduduk. Ada hewan lain juga di sini yang dipelihara yang kemudian akan menjadi makanan komodo, mereka hanya menjaga rantai makanan tetap seimbang sehingga tidak menyebabkan Komodo memburu manusia.
ini salah satu pahatan patung komodo g di jual dg harga Rp.1.500.000 |
rusa yang dipelihara |
Waktu menunjukan pukul 3.00
sore, kami pun berpamitan sama bapak-bapak polisi hutan, sang ranger yang telah
banyak memberi informasi kepada kami, kembali ke dermaga.
saat mau ke dermaga , ketemu monyet2 ini keluar dari hutan bakau |
Perjalanan kami selanjutnya ke Pulau bidadari. Mendekati pulau ini sudah terlihat kapal-kapal yang berlabuh, sungguh pasir
putihnya menyilaukan mata. Airnya sangat jernih sehingga bahkan di kedalam 5 kita
bisa melihat dasar laut yang ditumbuhi karang yang indah.
pulau bidadari |
Sedikit info mengenai pulau ini , membuat
saya sedih. Ternyata ada hak penguasaan atas pulau ini oleh Mr.Ernest yang
berkebangsaan Inggris karena dia telah membeli pulau ini dari penduduk lokal, ia akan menggunakan haknya selama 30 an tahun yang akan
datang ...rugi indonesia . Inilah
kelakuan orang-orang kita yang ketika diming-imingi duit maka dalam sekejap akan
menjual tanah mereka. Bukan cuma pulau bidadari yang dimiliki orang asing,
hotel- hotel berbintang yang bertebaran di pesisir pantai juga dimiliki orang
asing, Entah pulau-pulau mana lagi yang
juga dimiliki orang asing..Ironis memang, cengkeraman asing di tanah sendiri..
Kecewa dengan history pulau bidadari namun
bahagia dengan view di Pulau ini. Mr.
Ernest telah menyulap kawasan ini menjadi tempat wisata dengan resort yang
bertaraf internasional, jajaran bungalow, spot diving, snorkeling. Kami tidak bisa memasuki pulau ini, bayarannya
kan selangit, harus reservasi jauh-jauh hari. Jadi kami hanya bisa bermain-main
di pantainya saja. Pantai di sini sangat sunyi, anda bisa berenang, berjemur
dengan tenteram di sini. Saya sendiri tidak bisa berenang namun tidak
menyurutkan keinginan saya untuk masuk di lautnya yang jernih.
lautnya yang jernih |
hanya untuk keang-kenangan |
Sebenarnya
jarak Pulau Bidadari ke dermaga Labuan Bajo cuma 30 menit menggunakan kapal kayu, 10 menit
dengan speedboat. Jadi jika dari Pulau Rinca menuju Pulau bidadari sama dengan melakukan perjalanan pulang. Puas bermain di pulau ini,
hari pun semakin sore, maka mau tak mau harus balik ke pelabuhan. Saat matahari mulai terbenam, ini pertamakalinya saya menikmati sunset di lautan, sungguh saya merasa terberkati.
I’m an ordinary person who been blessed with extraordinary opportunities and experiences. No more greater joy can come from life than to live inside a moment of adventure. Seharian berkeliling di lautan, menyusuri gugusan pulau-pulau kecil di perairan Labuan Bajo, alhasil pulang dengan badan gosong, karena tidak pake sunblock, membuat kulit saya jadi lebih eksotis..heheh. Semua keindahan alamnya telah tersimpan baik di memory otak saya, pengalaman luar biasa saya peroleh, semuanya akan selalu terkenang bahwa saya bisa menikmati surga di daerah saya sendiri tanpa harus membelah benua. Masih banyak tempat indah di Labuan Bajo ini yang belum saya jelajahi, misalnya Pulau Komodo, Pulau Kanawa, Pink beach, Pulau Padar, dan pulau -pulau kecil lainnya yang semuanya menyimpan keindahan yang luar biasa. Mungkin suatu hari nanti, saya bisa balik lagi ke tempat ini, mengagumi kepingan surga ini...
Baca juga
FLORES, Pesona Kota Dingin Bajawa
FLORES, Cerita dari Nagekeo
FLORES, Sunrise di Tanah Maumere
MAUMERE, Jembatan Bambu dan Hutan Manggrove
end of trip, balik ke dermaga LB |
berlabuh |
I’m an ordinary person who been blessed with extraordinary opportunities and experiences. No more greater joy can come from life than to live inside a moment of adventure. Seharian berkeliling di lautan, menyusuri gugusan pulau-pulau kecil di perairan Labuan Bajo, alhasil pulang dengan badan gosong, karena tidak pake sunblock, membuat kulit saya jadi lebih eksotis..heheh. Semua keindahan alamnya telah tersimpan baik di memory otak saya, pengalaman luar biasa saya peroleh, semuanya akan selalu terkenang bahwa saya bisa menikmati surga di daerah saya sendiri tanpa harus membelah benua. Masih banyak tempat indah di Labuan Bajo ini yang belum saya jelajahi, misalnya Pulau Komodo, Pulau Kanawa, Pink beach, Pulau Padar, dan pulau -pulau kecil lainnya yang semuanya menyimpan keindahan yang luar biasa. Mungkin suatu hari nanti, saya bisa balik lagi ke tempat ini, mengagumi kepingan surga ini...
Baca juga
FLORES, Pesona Kota Dingin Bajawa
FLORES, Cerita dari Nagekeo
FLORES, Sunrise di Tanah Maumere
MAUMERE, Jembatan Bambu dan Hutan Manggrove
wowww..amazing..!!!
ReplyDeletethanks for visiting.
DeleteCara nemuin lokasi toko jual moke aimere yg difoto tu gmn ? Alamat lengkapnya?
ReplyDelete